Pernah lama Madinah tidak turun hujan, sehingga terjadilah kekeringan yang bersangatan.
Pada suatu hari Jumat ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sedang berkotbah Jumat, lalu berdirilah seorang Badui dan berkata: “Ya Rasulullah, telah rusak harta benda dan lapar segenap keluarga, doakanlah kepada Allah agar diturunkan hujan atas kita. Berkata Anas: Mendengar permintaan badui tersebut, Rasulullah mengangkat kedua tangannya kelangit (berdo’a). Sedang langit ketika itu bersih, tidak ada awan sedikitpun. Tiba-tiba berdatanganlah awan tebal sebesar-besar gunung.
Sebelum Rasulullah shallallahu alaihi wasallam turun dari mimbarnya, hujan turun dengan selebat-lebatnya, sehingga Rasulullah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri kehujanan, air mengalir melalui jenggot Beliau. Hujan tidak berhenti sampai Jumat yang berikutnya, sehingga kota Madinah mengalami banjir besar, rumah-rumah sama terbenam. Maka datang Orang Badui berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Ya Rasulullah, sudah tenggelam rumah-rumah, karam segala harta benda. Berdo’alah kepada Allah agar hujan diberhentikan diatas kota Madinah ini, agar hujan dialihkan ketempat yang lain yang masih kering. Rasulullah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kemudian menengadahkan kedua tangannya ke langit berdo’a: Allahuma Hawaaliinaa Wa laa Alainaa (Artinya: Ya Allah turunkanlah hujan ditempat-tempat yang ada disekitar kami, jangan atas kami).
Berkata Anas: Diwaktu berdo’a itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menunjuk dengan telunjuk beliau kepada awan-awan yang dilangit itu, seakan-akan Beliau mengisyaratkan daerah-daerah mana yang harus didatangi. Baru saja Rasulullah menunjuk begitu berhentilah hujan diatas kota Madinah. (Sahih Bukhari, juz 8 no 115).
No comments:
Post a Comment